Senin, 28 Juli 2008

Wajah Pendidikan Negara kita

Wajah pendidikan Negara kita

Waryono dan Didit (Kuswahyudi, 2008) menyatakan bahwa masa kanak-kanak merupakan masa perjalanan yang kritis sebagai generasi bangsa di masa mendatang. Jika pengetahuan dan cara yang ditanamankan pada masa kanak-kanak itu benar, dapat diharapkan ketika berubah ke masa remaja dan dewasa, bekal pengetahuan, pembentukan perilaku serta sikap dalam dirinya terhadap sesuatu akan positif.

Namun jika pengetahuan tersebut disampaikan pada tempat seperti dibawah ini, lalu apa yang terjadi pada generasi Negara kita??? Padahal menurut penelitian yang dilakukan Soediono (1995), kondisi fisik sekolah mempengaruhi peran serta anak dalam berpartisipasi dan berprestasi pada berbagai kegiatan di sekolah maupun di rumah.


Kondisi SATU-SATUNYA kamar mandi di SDN Cisalasih, Lembang










Kondisi kelas di SDN Cisalasih, Lembang

Ruangan dimana anak menerima pendidikan dan pelajaran tentang hidup





Kondisi atap kelas di SDN Cisalasih, Lembang

Langit-langit dimana mereka menggantungkan segala cita-cita dan harapan. Jika langit-langitnya serapuh ini, lalu harus dimana lagi harapan dan cita-cita tersebut

dipertaruhkan???


















Wajah tembok sekolah SDN Cisalasih, Lembang

Lingkaran tersebut menjadi saksi betapa menyedihkannya pendidikan di Negara ini. Seandainya ada seseorang yang ingin menutupinya???


Kondisi samping sekolah SDN Cisalasih, Lembang

Tampak sangat jauh dari keadaan asri dan nyaman

Jika keadaan terus seperti ini, maka anak akan belajar bahwa memang kondisi seperti inilah yang ”benar”. Maka jangan dipersalahkan jika saat dewasa nanti mereka menjadi orang-orang yang tak peduli akan lingkungan.



Oleh karena itu, kami selaku mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Cikidang Lembang bermaksud untuk melaksanakan Program Pemugaran, Pemeliharaan, dan Penghijauan sekolah (P4S) di SDN Cisalasih Lembang.



bagi siapapun yang merasa terpanggil jiwanya atau menyalurkan 2,5 persen dari penghasilannya untuk memberikan bantuan dana demi terciptanya harapan masyarakat desa Cikidang terhadap terciptanya sekolah yang asri,layak, dan sehat untuk ditempati dapat menyalurkan partisipasinya ke no rek BCA 5.680.618.412. atas nama Ernawati. Bila sudah mengirimkan, anda dapat menghubungi 0899 688 5554 (Ernawati) atau 0856 59000 619 (Tendy) untuk konfirmasi.

atau bagi siapapun yang memiliki informasi tentang lembaga yang dapat membantu pembangunan ini dapat berbagi kepada kami melalui email : erna_blinkingstar@yahoo.com



Partisipasi anda merupakan sumber pahala yang tak akan terputus mengingat aspek pendidikan merupakan bagian dari kehidupan yang takkan pernah ada habisnya. Bantuan anda adalah senyum mereka



cp : 0899 688 5554 (Ernawati)
0856 59000 619 (Tendy)

4 komentar:

kang_te mengatakan...

Banyak hal yang bisa kita lakukan, salah satunya dengan sumbang saran dan diskusi kita di www.aufklarung.ning.com bersama anggota-anggota kami.
Mari, Kita rumuskan alternatif pemecahan lain untuk masalah ini. Usaha Erna dan Tendy perlu kita dukung. Namun begitu, semoga perjuangan tidak terhenti sebatas pada mengharapkan donasi semata. Kita harus bangkit, bukan dengan cara menjual nestapa, tetapi dengan cara menjual sesuatu yang lebih pantas untuk kita jual. Saya yakin, kita punya potensi, saya yakin, anak-anak dan masyarakat di Desa Cikidang, Lembang pun demikian.

Dear Erna dan Tendy, kami sangat bangga dengan usaha kalian di sana. Satu hal yang ingin saya tanyakan adalah, apa yang selama ini menjadi potensi yang ada di masyarakat Desa Cikidang? Siapa tahu dari situ juga kita bisa mencarikan jalan keluar.

kang_te mengatakan...

Rasanya, kita sudah melihat bagaimana BLT disalahartikan. Saya pikir semua itu karena kita terlalu memanjakan masyarakat dengan “fasilitas untuk kaum papa”. Siapa yang tidak miris ketika BLT dibagikan dan kaum papa di negeri ini bilang “jumlah itu tidak cukup”. Jawaban saya adalah, ya tidak akan cukup kalau Anda tetap jadi pengangguran. Sekarang, jika donasi yang dikumpulkan Erna dan Tendy langsung diarahkan pada perbaikan gedung sekolah, gedung itu akan menjadi baik, tapi perekonomian tidak menjadi bangkit. Saya menyarankan, ubahlah dulu masyarakatnya sehingga mereka mau memperbaiki sekolah mereka dengan keringat mereka sendiri.
Jika mereka mengatakan mereka tidak memiliki modal, barulah kita beri, tapi tentu dengan sebuah perjanjian. Keuntungan yang mereka kumpulkan harus disisihkan sebagian untuk membangun desa mereka. Kita rancang bersama usaha yang tepat untuk mereka, kemudian kita bina, dan kita awasi dana yang disisihkan masyarakat itu untuk membangun desanya. Dengan begitu, lebih banyak keuntungan, sarana pendidikan dapat diperbaiki, dan ekonomi kerakyatan menjadi lebih berkembang.
Saya yakin, ini tidak mudah. Tapi selalu ada cara. Mahasiswa selalu dianggap dewa oleh masyarakat Indonesia. Mahasiswa dianggap sebagai kaum intelektual suci, suci karena belum dikotori kepentingan politis. Itu potensi kita, mahasiswa! Kata-kata kita masih mungkin “didengar”. Jadi katakan dengan cara yang tepat, bahwa mahasiswa KKN bisa membangun desa mereka, asal mereka mau ikut serta dalam pembangunan desa mereka itu.
Selamat berjuang sahabatku...

ardi fitra rahman mengatakan...

untuk ini..kata-kata saja nampaknya tidak cukup ya, na?

hmm..selamat berjuang...saudariku..

Jati nantiasa ahmad mengatakan...

na,,

ntar ngobrol aja deh..

bingung liat gambarnya

(baca : ga punya duit nih)