Selasa, 18 November 2008

Kisah Skripsiku (2)


”Bimbingan Saat Tipes”

Setelah kemarin gagal bimbingan, hari ini saya datang lagi dengan tujuan yang sama : BIMBINGAN SKRIPSI. Tapi kali ini saya sudah divonis mengidap penyakit tipes. Entah karena tubuh saya yang memang sedang lemah, atau memang karena sugesti dokter yang bilang saya terkena tipes, atau mungkin ketakutan berlebihan menjelang bimbingan, yang pasti saat itu saya sangat merasa tidak enak badan. Perut mual, badan panas, pandangan kabur, kepala nyut-nyutan, mata berkunang-kunang. Pokoknya semua indikator orang yang sedang sakit terpenuhi. Tapi sekali lagi, saya tetap bertekad untuk bimbingan.

Setelah berjuang melewati tangga, saya akhirnya memutuskan untuk beritirahat dulu sebentar. Jadi saya duduk lesehan di tangga samping kantor dosen. Selang 5 menit, ternyata dosen pembimbing saya lewat dan berjalan ke kantornya. Kami hanya bertukar senyum. Syukurlah, setidaknya si mba inget ada bimbingan sama saya. Setelah saya sudah merasa cukup kuat, saya masuk ke dalam ruangannya. Beliau sedang membuka draft bab I punya saya. Banyak coretan disana. Saya panik. Badan sayapun bertambah panas. Draft dibuka kembali. Semakin banyak coretan tak beraturan. Kali ini kepala saya pening. Nyut-nyutan. Dibalik halaman selanjutnya lagi, ternyata coretan masih ada. Dan pemandangan sayapun menjadi kabur. Mata terasa berkunang-kunang. Tiba-tiba handphone pembimbing saya berbunyi.

”halo... iya iya... ya udah saya kesana...,” katanya lalu mematikan handphone

“Erna, saya harus menjemput ibu saya di depan kampus. Ini draftnya sudah saya periksa. Kamu lihat dulu aja. Ngerti ga sama apa yang saya koreksi. Nanti saya balik lagi. Oke?,” katanya kepada saya.

”baiklah mba, tenang aja,”kata saya sambil senyum. Padahal hati saya panik dan jiwa saya tak tenang (cie...).

Setelah itu dosen pun pergi. Saya terkapar di sofa.

Huff... setidaknya saya punya waktu untuk menenangkan diri.

Saya mulai membuka lembar pertama dan mencoba untuk mengerti apa koreksi dari dosen pembimbing itu. Kening merengut. Kepala terasa nyut-nyut-nyut. Tapi saya mengerti koreksi pertama. Alhamdulillah. Begitupun dengan koreksi-koreksi selanjutnya. Dengan usaha yang keras akhirnya saya mengerti apa maksud dari koreksi itu.

Selang 20 menit dosen pembimbing saya masuk. Dan kita kembali berdiskusi.

”gimana, ngerti na?”

“iya mba, ngerti. Ini maksudnya gini kan...bla...bla...bla...”

“iya...tapi ini gini...gini...gini...”

Dan akhirnya dimulailah diskusi kami. Kadang apa yang saya katakan ga nyambung. Karena saya merasa sulit konsentrasi. Mungkin karena fisik saya yang kurang fit. Tapi setelah bimbingan sekitar 30 menit, akhirnya kami selesai. Dan selesailah sudah bimbingan pertama saya. Alhamdulillah...

Tidak ada komentar: